Jumat, 23 November 2012

Resensi novel biru laut karya Diah Fadjar Intan







Tugas Bahasa Indonesia
Meresensi buku fiksi
Disusun untuk memenuhi Tugas Harian

Di susun oleh :
Nama      : Anik Tyas Ifkarina
Kelas       : X1 NS 1
No. Abs :  04


UPTD SMA NEGERI 3 SLAWI
RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
Tahun 2012/2013



Bagiku, teman atau lawan?

Judul buku                      : Biru Laut
Nama pengarang              : Diah Fadjar Intan
Nama penerbit                : PT Tiga Serangkai Mandiri
Tempat terbit                 : Solo
Tahun terbit                   : 2006
Jumlah halaman                : 156 halaman
Tebal buku                      : 18 cm
Cover/gambar depan        :




Novel Biru laut adalah tulisan fiksi yang diilhami dari sebuah kisah SMA. Tiga tahun hidup yang terlewati, terasa nyaris tanpa kesan. Berada diantara dua kubu yang berbeda.  Novel ini melengkapi deretan novel serial muslimteenlit yang bercerita tentang Kaum muda yang identik dengan segala idealisme tingginya, seringkali menggangap tradisi kelompok yang dianutnya sebagai sebuah pegangan penting yang tak mudah tergeser oleh kepentingan apapun. Tak jarang, cap eksklusivisme akan menempel ketat menjadi atribut kelompok yang sulit di tinggalkan. Yang akhirnya berpotensi memicu timbulnya friksi-friksi remaja.
Biru Laut menjadi refleksi sederhana tentang ikatan persahabatan masa remaja yang begitu kuat disela-sela perjalanan khasnya mencari jati diri. Novel ini juga ingin memaknai dalamnya sebuah kebersamaan antara dua kelompok remaja berbeda gaya hidup, remaja islami dan remaja gaul.         
 Perbedaan pandangan antara dua kelompok sekaligus pergolakan batin seorang remaja Ani dalam menentukan sikap diantara dua kubu yang berbeda dan berperan sebagai penengah, namun cenderung sebagai penonton. Sebagian dari teman-teman masa SMA itu mengukuhkan idealisme mereka dengan menutup aurat. Sedangakan sebagian yang lain terbawa arus budaya populer dengan segala pernak-perniknya.
 Sementara Ani tidak tidak sanggup mengikuti keduanya. Meski berjilbab, tapi ani merasa jauh dengan teman-teman di organisasi keislaman sekolah, Rohis. Sedangkan rasa percaya diri Ani tidak cukup tinggi untuk bergabung dengan teman-teman “gaul” itu.
Hasilya, Ani seperti merasa tidak mempunyai teman, dan baru merasakan kehadiran teman-teman ketika kedua kubu bersatu dalam sebuah acara perpisahan menjelang hari kelulusan. Konflik pergaulan dan keluarga bertubi-tubi menghantam Ani. Mulai dari adiknya, Rayi yang sangat ingin bertemu dengan ibunya, bahkan  Randi jarang pulang kerumah karena kecewa dengan ibu dan ayah yang hidup secara terpisah. Dan yang membuat hati Ani sedih adalah ketika ibunya mengatakan bahwa tidak bisa datang ke pesta kelulusannya.  Namun Ani sanggup menghadapi semua itu.
Pada akhirnya, inez salah seorang dari kelompok “gaul” yang sering berpakaian ketat dan menunjukan lekuk tubuhnya itu mengidap kanker otak stadium lanjut. Ia berusaha menyadarkan sinta (saingannya) agar mengenakan jilbab sebelum sinta menyesal seperti dirinya. Tak lama setelah inez meninggal dunia, sinta pun memutuskan untuk mengenakan jilbab sesuai permintaan inez, yang disambut bahagia oleh Ani dan kelompok remaja islami.
Tanpa sepengetahuan Ani, ibu Ani meluangkan sedikit waktu untuk hadir di pesta kelulusan anaknya. Ani pun merasa bersalah karena telah menyakiti hati sang ibu dan meminta maaf kepada beliau. Sang ibu telah membuat suatu pilihan, ingin hidup bersama  anak dan suaminya sebagai ibu rumah tangga, atau hidup terpisah sebagai wanita karier.
Dan sang ibu pun memilih ingin hidup bersama anak dan suaminya.  Ani merasa bersyukur karena ibunya mau kembali kerumah seperti dulu. Akhir cerita, Ani tidak perlu memilih kubu mana yang akan diikutinya, karena kedua kubu telah bersatu. Dan, Ani tidak perlu menghawatirkan kedua adik kembarnya, karena sang ibu telah kembal kerumah.
 Penulis asal Bogor ini, menuturkan karya perdananya dalam bahasa yang lugas dan sarat perenungan. Menjadikan konflik yang bergulir semakin memancing keingintahuan pembaca dan sayang untuk dilewatkan, khususnya para remaja yang sedang mencari jati diri. penyampaian dari isi cerita tersebut dapat terserap dengan cepat oleh pembaca. Namun  sayang, tidak dilengkapi dengan ilustrasi yang membuat pembaca kurang puas.
Mengandung banyak amanat dan hikmah yang dapat kita ambil di dalamnya.Identitas buku cukup lengkap, sehingga mudah untuk dianalisis. Selain kelebihan seperti diatas, karya ini pun tidak luput dari kekurangan, antara lain cover yang terlalu  sederhana, dan judul yang kurang mawakili isi cerita secara keseluruhan. Beberapa kata yang ditulis dengan bahasa sunda  kurang bisa dimengerti oleh pembaca.
Buku ini sangat bermanfaat bagi anak usia remaja.dengan membaca buku ini remaja dapat mengtahui sikap yang seharusnya dilakukan pada masa pencarian jati  diri dan dalam menentukan pilihan di masa  muda, agar tidak menyesal di hari tua.

0 komentar:

Posting Komentar